ZIGI – Banyak orang berusaha untuk mengendalikan keuangan mereka sebaik mungkin. Namun tidak sedikit orang menghabiskan uang mereka karena hal-hal kecil atau juga dikenal dengan latte factor.
Umumnya, orang tidak sadar mengeluarkan uangnya karena membeli hal-hal yang dianggap sepele. Lantas apa sebenarnya latte factor dan apa penyebabnya? Yuk simak ulasanya selengkapnya di bawah ini!
Baca Juga: 6 Cara Mudah Buat Jurnal Keuangan untuk Mahasiswa
Memahami Latte Factor

Istilah latte factor pertama kali dipopulerkan oleh pakar sekaligus penulis buku finansial bernama David Bach. Latte factor adalah sejumlah kecil uang yang dihabiskan secara teratur dan bisa memakan biaya yang lebih banyak daripada yang dibayangkan.
David Bach menyebutnya dengan latte factor bukan karena masalah kopi latte melainkan menjadikannya sebagai perumpamaan. Ia memisalkan harga kopi latte yang seharga Rp5 – 25 ribu per cangkirnya. Jika kita membuat kopi sendiri di rumah maka akan lebih hemat.
Bach menyebutkan apabila membuat kopi latte di rumah maka pengeluaran sekitar 10 hingga 11 persen bisa dialokasikan untuk investasi. Latte factor tidak hanya fokus pada pengeluaran untuk jajan makanan atau minuman saja melainkan juga kebutuhan konsumtif lainnya seperti e-commerce.
Tanpa disadari, latte factor membuat keuangan seseorang menjadi berantakan sehingga akan kesulitan untuk menabung atau berinvestasi.
Penyebab Latte Factor

Melansir dari Bank Sinarmas, Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani menyebutkan latte factor bisa disebabkan oleh kebiasan, tekanan sosial, hingga kontrol diri yang lemah.
Menurut Psikolog Ajeng Raviando, latte factor juga bisa dikarenakan kemudahan teknologi yang membuat seseorang belanja tanpa sadar. Seperti halnya e-commerce atau toko online yang menawarkan diskon sehingga banyak orang tidak ragu mengeluarkan uang mereka.
“Akibatnya, mereka kerap mengeluarkan uang untuk sekadar memuaskan nafsu atau mengikuti tren yang sedang berlangsung,” ujar Ajeng Raviando dilansir dari laman Bank Sinarmas pada Senin, 27 Februari 2023.
Kemudian keyakinan untuk self reward. Bagi sebagian orang menerapkan self reward karena dirinya sudah bekerja keras. Namun, self reward bisa menjadi bumerang apabila dilakukan setiap hari dan tidak terkontrol.
- Editor: Jean Ayu Karna Asmara