ZIGI – Jastip atau yang dikenal dengan jasa titip makin marak usai banyak konser diselenggarakan di Indonesia. Terbaru, netizen sempat berbondong-bondong mencari jastip tiket konser Coldplay meski dijual dengan harga lebih tinggi. Permintaan tinggi untuk jastip merupakan peluang untuk meraup keuntungan dalam waktu cepat dan terhitung mudah.
Jastip juga bisa dibilang tidak memerlukan banyak modal besar seperti bisnis-bisnis lainnya. Namun untuk usaha jastip bertahan lama dan terus mendapat pesanan ulang, ada beberapa hal yang perlu kamu diperhatikan. Apa saja itu? Simak selengkapnya di bawah ini!
Baca juga: Kronologi Audi Marissa Ditipu Jastip Tiket Konser Blackpink di Jakarta
1. Lakukan Riset dengan Benar

Bisnis jastip tidak hanya sebatas untuk tiket konser, kamu juga bisa membuka peluang titip beli barang dari luar kota atau luar negeri. Untuk itu, lakukan riset mendasar soal target utama yang akan kamu sasar. Selalu perhatikan tren yang tengah berkembang dalam masyarakat.
Sebagai contoh, sepanjang tahun 2023 Indonesia kebanjiran konser berbagai musisi tanah air dan juga luar negeri. Buat daftar lengkap konser yang kira-kira potensial untuk jastip. Setelah itu, cari tahu cara membeli tiket, harga, hingga ke mana tiket akan dipasarkan.
Buat akun khusus untuk promosi, bisa Instagram, Twitter, Facebook, atau pun market place. Lakukan riset ke akun-akun komunitas (atau base) sebagi tempat pemasaran iklan yang potensial.
2. Tentukan Harga Wajar

Pelanggan biasanya maklum dengan harga tinggi untuk jastip, tapi bukan berarti kamu bisa menaikkan begitu saja. Hitung seluruh pengeluaran yang kamu butuhkan selama menjalankan jasa titip, ditambah dengan harga asli barang (jangan lupa menambahkan pajak pemerintah dan biaya admin jika ada), dan keuntungan yang ingin kamu ambil.
Apakah normal menjual dengan harga dua kali lipat? Jawabannya tergantung dengan demand. Jika barang memang tengah jadi incaran, harga dua kali lipat mungkin bisa dipertimbangkan. Namun tidak ada salahnya untuk mengambil keuntungan maksimal 50% untuk menghindari keengganan pelanggan karena harga yang terlalu tinggi.
- Editor: Erika Rizqi Rachmani